Kampiu
Sudah lama masyarakat di
Jorong Nan Limo, Nagari Kota Baru, Kecamatan Sungai Pagu, Kabupaten Solok
Selatan, Provinsi Sumatra Barat menggunakan kampiu
untuk menyimpan nasi. Sudah bertahun-tahun pula mereka menikmati keharuman nasi
yang disimpan dalam kampiu yang
terbuat dari daun pandan itu. Namun, generasi sekarang tidak lagi
menggunakannya. Mereka sudah menyimpan nasi dalam termos. Wajar bila mereka tidak
tertarik lagi memakai kampiu.
Namun, para pengrajin masih
membuat kampiu. Paling tidak untuk
menjadi cendera mata para wisatawan yang berkunjung ke kawasan Seribu Rumah
Gadang, kata salah seorang pemilik kedai cendera mata di kawasan Seribu Rumah
Gadang (lihat foto terlampir, foto kawasan Seribu Rumah Gadang).
Memang kampiu tidak menjadi sumarak
sebuah nagari (Yang menjadi sumarak
sebuah nagari, menurut Tambo Alam
Minangkabau, antara lain: masjid, rumah gadang, balai adat, sawah ladang,
jalan, gelanggang pamedanan dan tepian). Namun, ide membuat kampiu dari daun pandan untuk menyimpan
nasi yang dibawa ke tempat bekerja perlu diapresiasi. Soalnya, ketika kampiu dibuka saja sudah tercium aroma
harum nasi. Apalagi ketika nasi dimakan, harumnya makin terasa.
Bertolak dari apresiasi
terhadap ide pembuatan kampiu inilah,
Museum Orang Pinggiran menjadikan kampiu sebagai sebuah koleksinya. Bila
mengikuti logika yang jernih, sesungguhnya kampiu
bisa membangun kebesaran sebuah nagari. Sebab, kebesaran sebuah nagari
diukur dari popularitas sebuah nagari yang didukung oleh alam, usaha, kegiatan,
dan kebiasaan anak nagarinya. Nah, kebiasaan anak nagari Koto Baru, Kecamatan
Sungai Pagu, yang menyimpan nasi di kampiu
agar berbau harum ketika dimakan merupakan kebiasaan yang khas. Dengan ciri
khasnya itulah nagari Koto Baru bisa menjadi kondang.
0 komentar: