Harapan Museum Orang Pinggiran


Pada Makna Museum Orang Pinggiran saya menulis bahwa Museum Orang Pinggiran ingin agar masyarakat: (i) tidak merendahkan orang pinggiran, (ii) menatap dan memperlakukan orang pinggiran sebagai manusia biasa, (iii) tidak mengalienasikan orang pinggiran dari hidup bersama dalam masyarakat, dan (iv) menghargai dan mendukung perjuangan orang pinggiran agar memperoleh kehidupan yang wajar. Semua itu merupakan harapan Museum Orang Pinggiran. Semua harapan itu lahir karena selama ini masyarakat memandang “sebelah mata” kepada orang pinggiran dan orang yang terpinggirkan.

Tentu masyarakat punya alasan bersikap seperti tersebut di atas. Kalau alasannya  berupa keinginan orang pinggiran untuk menyendiri, agaknya alasan itu tidak tepat. Sebab, orang pinggiran mengerti persis bahwa mereka tidak bisa berkembang tanpa kehadiran orang lain. Orang pinggiran paham betul bahwa mereka tidak bisa menjadi diri mereka sepenuhnya tanpa kehadiran orang lain. Itulah sebabnya orang pinggiran menjadikan kebersamaan sebagai imperatif bagi keberhasilan mereka.

Kalau dalam berinteraksi dengan pihak lain orang pinggiran melakukan sesuatu yang tidak pantas menurut pihak lain tersebut, tentu saja itu perkara lain. Kenyataan tersebut bisa diselesaikan secara baik-baik. Namun, hal itu tidak bisa menjadi alasan yang masuk akal untuk menafikan keberadaan orang pinggiran.

Dalam konteks ini, agaknya masyarakat perlu melihat kembali relasi mereka dengan orang pinggiran. Masyarakat jangan apriori dulu terhadap orang pinggiran. Tegasnya, masyarakat perlu bergaul dengan orang pinggiran seperti bergaul dengan orang lain. Dari pergaulan itu tentu akan terlihat sifat-sifat baik yang dimiliki orang pinggiran. Pengetahuan tentang sifat-sifat baik ini, pada gilirannya, tentu akan mengubah persepsi mereka tentang orang pinggiran.

Bisa saja orang pinggiran lahir karena orang tuanya termasuk orang pinggiran, misalnya pemulung. Namun, anak pemulung tidak pernah ingin dilahirkan sebagai anak pemulung. Dia menjadi anak pemulung karena faktisitas. Dia ingin tumbuh, besar, dan berkembang seperti manusia biasa. Dia ingin menjalani proses sosialisasi tentang berbagai nilai dasar kemanusiaan. Dia ingin mengubah nasibnya agar tidak menjadi pemulung. Dia, bahkan, ingin terlibat dalam pembuatan kebijakan penting dalam negara ini.

Maka, berilah dia kesempatan untuk bersaing dengan manusia lain secara fair. Berilah dia kesempatan untuk menunjukkan segala sumber daya sosial dan kulturalnya. Kalau kelak dia ternyata kalah, dia akan menyingkir dan tidak akan merongrong mereka yang menang.  (Abrar)

0 komentar:

Copyright © 2013 Museum Orang Pinggiran and Blogger Templates.