Tas Orang Pinggiran

Suatu hari seorang perempuan berumur di atas 60 tahun, penduduk Nagari Pandam Gadang, Kecataman Gunuang Omeh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatra Barat, pergi ke Bukittinggi. Dia melayat kenalannya yang meninggal dunia di sana. Dia membawa tas terbuat dari mensiang atau lingi dalam bahasa Jawa yang disebut kambuik. Kambuik itu tersandang di pundaknya.


Ketika sampai di rumah duka, ibu itu mengeluarkan beras dari kambuik dan memberikannya kepada ahli waris yang meninggal dunia. Ternyata kambuik itu menjadi tempat meletakkan beras. Melihat kambuik yang sudah kosong, sang ahli waris bertanya, “Sebenarnya kambuik ini untuk apa?”
Dengan tenangnya ibu itu menjawab. “Bisa untuk meletakkan apa saja. Fungsinya sama saja dengan tas. Di kampung kami, kambuik ini menjadi tas serba guna”.
            “Bagus, ya,” kata sang ahli waris.
            “Berminat? Kalau ya, saya tinggalkan saja di sini,” jawab sang ibu.
            Buru-buru sang ahli waris menjawab, ”Ya. Terima kasih, Bu.”


Entah mengapa, ahli waris orang yang meninggal itu menyerahkan kambuik itu kepadaku. Aku lantas menyebutnya sebagai tas orang pinggiran dan menjadikannya sebagai koleksi Museum Orang Pinggiran.

1 komentar:

Copyright © 2013 Museum Orang Pinggiran and Blogger Templates.